Lokasi:
Desa Klungkung, Sukorambi, Jember
Waktu
: Sabtu, 19 April 2013/ Jam 15.23 – 17.00 wib
Desa
klungkung terletak di daerah jember bagian utara kecamatan sukorambi kabupaten
Jember. Cuaca yang panas tidak
mengoyahkan niat kami untuk
menuju desa dimana saya
harus menempuh perjalanan yang menanjak dan berbatu, maklum saja karena desa
klungkung merupakan daerah pegunungan. Sebelum saya menuju lokasi untuk melakukan
observasi tentang komunikasi antar budaya,
saya sudah memiliki
rekan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember yang tinggal di lokasi observasi.
Sehingga hal itu memudahkan saya
untuk melakukan observasi. saya bersama kakak saya berniat
untuk mampir kerumahnya terlebih dahulu. sayangnya kami masih belum tau pasti dimana lokasi tempat tinggal rekan saya tersebut,
dan sayapun bertanya dengan warga setempat, kata salah
seorang bapak yang tinggal di daerah tersebut kami masih harus kembali dan belok
kiri karena rumah rekan saya tersebut ada di daerah yang lumayan tinggi.
Kami pun kembali dan mencari rumah rekan saya tersebut
namun ternyata belum ada hasil sehingga kami berhenti dan bertanya kembali kepada warga yang
katanya rumah rekan saya tersebut tidak didaerah warga tersebut malah daerah tersebut
sudah dekat dengan daerah perkebunan miliik perhutani yang
ternyata jalannya lumayan sulit untuk dilewati karena aspal yang rusak dan
menanjak, ketika saya ingin menghubunginya ternyata hp saya
sulit mendapatkan sinyal jadi, saya masih harus mencari sinyal setidaknya saya
harus bisa menghubungi rekan saya tersebut. Namun setelah sekitar beberapa
menit sinyalpun masih tak kunjung saya temukan dan akhirnya sayapun mulai
kembali berbelok lalu kami beristirahat dirumah warga yang disamping rumah nya
terdapat mushalla sambil duduk-duduk menunggu mungkin saja teman kami mau
menjemput kami.
Akhirnya sang pemilik rumah yang kebetulan seorang
ibu- ibupun keluar dan langsung saja lagi lagi kami bertanya dengan ibu
tersebut yang mungkin mengetahui rekan saya tersebut.
Alhamdulillah ibu itu mengenal rekan saya tersebut dan
ternyata anak dari ibu itu juga bernama
sama dengan rekan saya, jadi kami berfikir kalau mungkin warga yang sebelumnya
kami tanyai mengira bahwa nama rekan saya tersebut adalah anak dari ibu ini…
Tanpa menunggu waktu lama karena cuaca juga semakin
panas langsung saja kami berpamitan dan berterimakasih lalu lansung meneruskan
perjalanan kami yang jalannya lumayan sulit kami lewati tersebut. Dan sekitar
15 menit kami mengendarai sepeda motor akhirnya saya menemukan seseorang
berdiri disamping sebuah jalan sedang menunggu yang wajahnya sudah tidak asing
lagi. Ya benar, itu rekan saya yang dari tadi kami cari. Syukurlah kami sudah
sampai di tempat tujuan.
Setelah itu kami beristirahat dan juga bersilaturahmi
dirumahnya sebelum melanjutkan kerumah kepala desa klungkung, karena waktu
sudah siang sekitar pukul 12.15 dan cuaca juga masih panas.
Barulah sekitar pukul 15.00 kami menuju rumah Bapak
Kepala Desa Klungkung yang rumahnya tak jauh dari tempat rekan saya tersebut. Sebelum
memulai wawancara kami harus memperkenalkan diri terlebih dahulu supaya beliau
tidak mengira hal yang macam- macam kepada kami. Dan lansung saja kami memulai
wawancara seputar kebudayaan disana. “Apa yang menjadi kebudayaan warga di Desa
Klungkung yang masih tersisa saat ini?” sambil tersenyum Bapak Kepala Desa yang
akrabnya di panggil Pak Husain yang sudah menjabat selama 14 tahun lamanya. Pak
Husainpun menjawab bahwa kebudayaan didesa klungkung sudah mulai luntur seperti
halnya dahulu apabila ada pertunjukan ludruk desa ini ramai dipadati penduduk,
lain halnya sekarang yang hanya dari kalangan yang sudah tua saja yang meminati
sedan dari generasi muda sudah mulai tidak merespon dengan kebudayaan daerah
seperti itu, dan sekarang yang tersisa adalah Bersih Desa yang mungkin ada beberapa daerah yang juga melakukan
tradisi ini. Bersih Desa ini bertujuan untuk membersihkan diri bagi penduduk
dan juga untuk menjauhkan desa dari bahaya yang acaranya di isi oleh beberapa
siraman rohani dan juga hiburan yang bagi masyarakat Klungkung di antaranya
yaitu pengajian, hataman qur’an yang dilaksanakan sehari sebelum acara,
arak-arakan, karnaval, pencak silat dan juga istigoshah yang biasanya
bertempat di Kantor Kepala Desa Klungkung.
Selang beberapa menit kami memulai wawancara tiba-
tiba hujan deras mengguyur desa ini namun tak menggoyahkan semangat kami untuk
mengetahui informasi desa Klungkung dan akhirnya pertanyaan kami lanjutkan
“Bagaimana awal dari terlahirnya acara bersih desa ini pak?” beliaupun menjawab
bahwa latar belakang dari terciptanya acara ini adalah yang memang turun
temurun dan sudah menjadi tradisi didesa Klungkung sendiri yang dahulu biasanya
dilaksanakan bersamaan dengan Hari kemerdekaan Indonesia yakni tanggal 17
Agustus namun karena sekarang waktu tersebut bersamaan dengan Bulan puasa
Ramadhan maka rencananya acaranya di laksanakan pada 29 November 2012 hari
Kamis Minggu ini.
Setelah informasi yang kami dapat lumayan banyak tak
lama kemudian kami akhirnya bergegas pamit untuk pulang. Namun melihat kondisi
diluar rumah yang masih hujan akhirnya kami menunggu redanya hujan diluar area
sekitar kepala desa yang disitu terdapat pos kampling dan akhirnya kami
menunggu hujan reda disitu. Namun sekitar 15 menit kami menunggu dan hujanpun
tak kunjung reda akhirnya kami memutuskan untuk pulang kerumah teman saya
sambil kehujanan.
Setelah sampai di tempat kami langsung menunaikan
sholat ashar dan dilanjutkan dengan makan rujak bersama sembari bersenda
gurau.sesekali kami memperbincangkan tentang perekonomian desa Klungkung dan
juga potensi yang dapat dihasilkan dari budidaya madu klanceng yang sebelumnya
potensinya belum pernah dimaksimalkan. Karena hari sudah menjelang magrib dan
hujan sudah reda kami langsung bergegas pamitan untuk pulang. Sebelum pulang
saya mampir ke toko daerah jember yang berencana untuk membeli sebuah buku
berjudul “Tuhan, maaf kami sedang sibuk” namun karena stoknya sudah habis kami
mencoba buku lain.dan akhirnya kamipun pulang ketempat tinggal masing-masing.
Meskipun lumayan lelah namun sungguh menyenangkan perjalanan observasi kami.
Catatan Reflektif:
kebudayaan barat memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam mengikis kebudayaan lama di desa klungkung, seperti halnya ludruk. Tapi
setidaknya masih ada budaya asli yang masih di pertahankan seperti halnya
didesa Klungkung.
Pemuda desa lebih suka mengikuti arus budaya barat,
sehingga perlu adanya semangat tuk mengembalikan kebudayaan asli di desa
tersebut.
Bersih desa yang merupakan budaya asli mestinya terus
di pertahankan dan di perkuat dengan mengikut sertakan pemuda desa.
No comments:
Post a Comment